rupanya itu adalah sebagian dari kisah besok pagi..... kemarin lagi asyik gue duduk di tengah jalan ada kreta lewat depan gue? dengan ekspresi yang sedikit bingung dan terbengong-bengong... gue bertanya sama masinisnya.
bapak masinis sedang apa berani lewat jalan raya?
masinis menjawab dengan penuh realita, emang tak boleh? terserah saya toh, mau lewat mana?
tapi bapak masinis, anda bisa so lama sampai tujuan..... tanyaku lagi.
mana ada saya sampai lama...., saya mau ke stasiun maka sampai setasiun bukan lama.
wah kaco neh masinis, kurang se ons neh otaknya? fikirku dalam hati dengan tetap ingin berbincang denganya.
hei kamu, tanya masinis itu?
ada apa bapak masinis? sepertinya sedikit bingung, ada yang ingin ditanya?
kenapa kamu berani menghalangi jalanku, dengan duduk-dodok di tengah jalan?
suka-suka saya, jalanan ini sejak jaman jebot sudah milik buyut dan keturunan keluarga saya.
kalo begitu biar aku tabrak saja kau dengan keretaku ini, tantangnya dengan sedikit naik pita........M
silahkan, akan saya gulung ini jalan, biar anda dan kuda anda tidak bisa jalan dijalan bagus.
wah....wah sombong kali orang ini? fikir masinis itu, sepertinya saat tuhan bagi-bagi otak dia tidak kebagian otak yang bersahaja........ rupanya?
ternyata mereka sudah terpaut pertikaian selama empat jam, dan belum ada satupun juga yang mau mengalah, tiba-tiba lalat melewati rute udara tepat diatas mereka yang sedang bertengkar. lalat itupun terbawa oleh pertikaian yang terjadi sehingga sang lalat bersantai memperhatikan pertengkaran itu.
tak lama kemudian ada lebah yang begitu elegan dengan pakaian tuxedonya, yang mencirikan betapa sang lebah amat memiliki kewibawaan sebagai binatang dari kaum serangga. dibandingkan dengan lalat dan beberapa serangga lain yang hidupnya dan gaya mereka di daerah perkumuhan dan penyebar ke tidak sehatan.
hei......hei........
nak kemane, pak cik tanya si lalat menghentikan pergerakan sang lebah.
adoh aku ki keburu-buru lat, ono jamuan makan malam nang gedung. jadi tidak bisa sue-sue.... ono opo to?
bentar sikit pak cik, nampaklah sikit tuh due people sedang adu cakap. rupanye mereka nak adu sikut berkelai.
sudah-sudah.... ini sering saya lihat di tv. memang manusia doyanya seperti itu, tapi buat dua orang di bawah kita ini sepertinya meereka sama saja.
sama saja pacak mane pak cik? tanya lalat yang berkewarganegaraan melayu itu.
sama-sama beloon. jawab lebah dengan sedikit irit dan tidak ingin menjelaskan terlalu panjang, karena dia semakin terjepit oleh waktu pertemuan.
wah-wah pak cik ni seronok sangat.... macam mana dua people itu stupid? kata awak punya Tuhan people itu cipteNya yang perfect..... mana bisa stupid?
kataku tadi kan yang dua ini...... karena pada saat Tuhan mu, menyediakan otak. mereka datang terlambat, mereka tidak ingat kalo mereka pernah bertemu. karena mereka belum dapat otak. setelah mereka dapat otak barulah mereka sadar....... karena mereka berotak.
lalu.... dimana nampak stupidnya mang cik? tanya lalat bingung
dari otak yang mereka dapat, itukan otaknya keluargamu para lalat.
oooooooooooohhhhhhhh........... berati mereka masih sodaraku ya pak cik? tanya lalat dengan bahagia.
sang lebah meninggalkan alat yang masih tersipu bangga bila dua orang berebut jalanan tadi adalah keluarganya, si lalatpun menghampiri kedua orang yang sedang bersitegang itu. karena merasa berisik dengan kedatangan si lalat, dan suasana masinis sedikit panas maka di pukulnya lah si lalat.
ucapan lalat sebelum meninggal " memang benar apa kata mang cik tadi, dua manusia ini stupid sangat, bukankah aku ni masih family.... tapi mengapa pula aku ni di tikamnya? hingga aku harus death di tangan keluargaku sendiri" aaaaaakkk...... mati dulu ah......