bring memori.......
dijalanan berliku ini aku titipkan bukan hanya sebuah kenangan yang entah sampai kapan akan selalu kusimpan dan kadang kala ku kunjungi......, perjalanan ini membawaku ketempat dan masa yang sepertinya pernah aku lewati dan kusentuh dalam beberapa sanubari. masih ingatkah ucapku kepadanya? kepada penghuni dalam ingatanku.
tidak terasa sepuluh tahun sudah lamanya? apakabar engkau didalam file kenanganku diantara berserakan memori indah dimasa itu, diantara rasa yang tak akan pernah sama bentuknya.... diawal lentera menitipkan secercah sinarnya dan disaat sang surya mencoba percaya dengan membuka matanya.
dimanakah kamu saat ini? saat perasaanku tak menentu oleh asa yang telah ditetapkan dan dikekang dalam takdirnya..... aku bertanya apakah dirinya telah bahagia? dan apakah aku akan bahagia? seiring waktu yang selalu menenggelamkan harapan esok pagi.....
kemarin saat perjalanan ini mulai aku lakukan, disaat semua mata memandang kearahku dan disaat mataku bertemu matanya dalam satu titik pandang. semua itu terasa terlalu lama, hingga pusaran udarapun terlalu nikmat aku hirup dan terlalu sulit untuk melepaskan dekapanya dalam atmosfer.
aku selalu mendengar suara lembutmu, selalu mengerti kemana kau pergi tapi tak pernah berani menatap sumber dari keindahan dirimu.... aku berani menantang langit dalam huhjan, menunggu guncangan pagi dalam embun dan melawan badai dalam terik siang. namun aku tak pernah berani untuk melangkahkan kaki menuju hati, hati yang memenuhi bilik dari rongga yang darisana tercipta.
dirimu terlalu teduh membawa wajahmu, terlalu tunduk menaruh teeduhnya wajah itu. hingga terlalu sulit untukku berani melewatinya, pernahkah dirimu mengerti kapan itu berlaku untukku? ataukah dirimu sadari betapa sulitnya menjadi aku ketika harus berada dalam atmosfer tentangmu? masih berlakukah beberapa keangkuhan dan kesombonganku tentang menantang hal yang tak mungkin....... tadi? berjalan dalam gelapnya malam tanpa lentera penerang masih bisa aku lakukan, namun berjalan ketika kau berada di dalam sirkuit yang sama terlalu sulit buatku melangkah.
aku sering mencemooh anganku dalam keangkuhan pusaran hatiku, bahwa aku tidak boleh terjamah oleh perasaan halus virus merah pink. hingga aku harus berani mengakui aku mulai terperosok dalam sesuatu hal yang membuatku menentangnya hingga takdir mengenalkanya padaku. dimanakah sesuatu rasa itu hingga kau harus terus mengais dalam ingatanku?.
***
siang itu dikantin belakang sekolahku, kukenal dirinya. awal pertemuan denganya aku tidak pernah merasa bahwa dialah seseorang yang sempurna didepan setiap mata teman-temanku yang memandangnya. seseorang yang biasa saja, namun berakibat luar biasa bagi sejarah pergantianku. aku masih duduk dibangku biasa saat aku memvisit kantin, kadang hanya sekedar untuk ngobrol dengan emak kantin...... ato sekedar bergumul dan bercanda dengan teman-teman masa sekolahku dulu.
saat itu dia mulai menyapaku... walau sebenarnya kami sudah saling kenal, kenal bukan dari percakapan langsung melainkan kenal saat kami dikenalkan. namun aku masih terlalu sulit untuk menyadari bahwa suatu saat nanti aku akan menjadi aku yang seperti ini. aku yang terlalu sulit untuk bisa sekedar bersembunyi dari namanya.
hai... kamu ilmi kan? sambil tetap berdiri dibelakang bangku tempatku berdiam diri.
iah jawabku terlalu pelit mengeluarkan balasan yang sebenarnya tidak dia harapkan, masih dengan melanjutkan kegiatan sebelum dia datang menyapaku (makan lontong dengan beberapa bakwan sebagai temanya).
mungkin begitu tak berperasaan gayaku baginya saat menjawab pertanyaanya, namun dia masih tetap berada dibelakang punggungku tanpa menghentikan tanya berikutnya. kamu anak luar kota yang punya kakak namanya andy kan?
untuk hal satu ini aku baru membalikan sedikit kepalaku, kemudian memutar semua badanku kearahnya. iah... tau darimana aku punya kakak namanya andy? tanyaku balik penuh penasaran.
kak andy kan pernah jadi murid disekolah ini, dan dia juga sempat dikenal oleh beberapa adik juniornya dikagumi oleh banyak orang, jadi aku kenal. jawabnya dibarengi dengan senyuman yang mengembang dari sudut bibirnya.
dari balik pertanyaanya aku bisa menggambarkan bahwa dia juga adalah salah satu dari berbagai penggemar kakakku. ad perlu apa?
cuma mau mastiin aja kalo kamu adiknya kak andy... dengan tetap berdiri di belakangku tanpa bergeser dari posisi semula.
terus? tanyaku tetap dengan nada yang ku pertahankan se-irit mungkin.
oia kak andy punya buku ilmu ekonomi y...?
kurang tau, memang kenapa? sambil kuputar setengah badanku untuk melihat kearahnya.
kak andy kan dulunya anak IPS, mungkin dia punya buku itu? dengan mengembangkan senyuman di balik wajahnya yang sedikit tertunduk. kemudian berlalu meninggalkan beberapa pertanyaan yang menggantuk difikiranku.
aku masih duduk dan berfikir tak menentu setelah semua yang dia lakukan dan hanya meninggalkan ku seperti ini terlihat tidak mengerti. dan tanpa mengucapkan perpisahan? orang yang misterius..... baru saja aku akan kembali keposisiku menghabiskan makanan yang tersisa, suaranya kembali terdengar..... aku permisi dulu, terimakasih.
hingga berakhir jam sekolahpun aku masih saja terlihat tak berdaya dengan fikiran sembilan pagi di arena kantin. begitu kuat radiasi ketidak mengertian yang dia tinggalkan tidak hanya menempel dalam ingatan, tapi juga membekas dalam pertanyaan, kenapa dia bisa melakukan semua hal nonsen ini padaku?
pandanganku tak jelas kemana bermuara dan tak satupun juga memori pagi tadi mampu aku rangkai dengan jelas, karena perjalanan pulang ini terasa begitu lama tak seperti biasanya. biasanya aku selalu mampir di tongkrongan PS biasaku bermain atau sekedar meluangkan waktu beberapa menit ke taman bacaan, namun semuanya hari ini ku lewati karena ku ingin cepat sampai di kosan.
selepas maghrib di teras depan kamar kosku....
dengan memandang kearah indahnya puncak merapi yang di terangi dengan sedikit lahar yang mengalir perlahan dengan disuguhi rintik hujan yang perlahan mereda. aku masih asyik diatas genting biasaku berfantasi. sepertinya keadaan pagi tadi masih saja mempengaruhi beberapa kinerja otakku.
woi ngapain disitu terus..., masih penasaran? apa memang udah keganggu idealis lo? tanya kakakku yang baru saja pulang dari kota. sambil berlalu masuk kedalam kamar kosan meletakkan bawaan yang dia.
aku membalikan badanku menghadap kearahnya, tapi masih di posisiku sebelumnya, baru balik bro..., kok sampe malem? tanyaku.
tadi ada jam kuliah tambahan, masih kepikiran tah sama dia? udah kalo penasaran nih gua pinjemin buku ilmu ekonomi gua, dah kasiin ke dia. seraya meletakkan buku yang di ambilnya dari tumpukkan buku di atas meja.
karena aku ingin memastikan benarkah aku sudah mulai terinfeksi virus merah pink. maka aku ambil inisiatif selepas isya' nanti aku akan pergi ke asrama. namun karena terlalu lama memikirkan dan harus menuggu lama akhirnya aku berangkat pada waktu itu juga.
dalam perjalanan menuju ketempat masih saja arwahku belum menyatu dengan fikiranku, sebenarnya buat apa aku kesana? buat apa aku harus mengayuhkan kendaraan ini, apa karena aku ingin memastikan? atau aku memang sudah terpengaruh oleh virus merah pink itu? tak tergapai.......
tanpa kusadari aku sudah berada di halaman depan asrama, ku matikan mesin motor dan ku turunkan penyangga dari bagianya. lalu aku masih terdiam diatas motor pinjaman ini, ga' tau kenapa aku ada disini dan apa yang akan aku lakukan selanjutnya? hehehe....... dasar tak sadar.
sekarang aku sudah berada didepan pintu asrama kini dengan sadarnya ku pencet bell, selang beberapa menit wajah setengah garang dengan kumis separuh tebal menghias di antara hidung dan bibirnya. hahaha....... dia bapak asrama dan juga wali kelasku. wew..., kenapa bapak ini yang jaga asrama?
oh.... kamu, ada perlu apa? tanyanya sedikit ganas.... dengan intonasi yang dibatasi. sambil memandangku dari ubun-ubun hingga kearah lantai.
ia pak, mau ketemu keirina pak. jawabku dengan wajah yang ku buat semanis mungkin dengan harapan bapak wali kelas sekaligus asrama ini mengijinkan aku bertamu.
bentar...., inget klo dah ketemu jangan malem-malem disininya (garis besarnya adalah mengusir kehadiranku secepatnya). kemudian berlalu masuk kedalam ruangan dan memanggil nama yang aku maksud.
lima belas menit berlalu dengan kondisi badan yang semakin tak menentu. aku harus berada diluar karena aku tidak biasa dengan keadaan ini. sosok yang aku tunggu akhirnya nampak, meski aku tak melihat wujudnya karena aku membelakangi pintu asrama saat menunggu hadirnya.
oh ilmi... kirain siapa? kenapa malem-malem dateng kesini, kok diluar aja? tanyanya memberondong.
ia.., apa nggak boleh. jawabku datar... aku cuma mau ksaih ini, sambil kusodorkan buku yang dititipkan kakakku.
eh, enggak apa kok, cuma kok malem... masuk dulu yu... dengan wajahnya yang tak pernah memandang kearahku, dia terlalu sulit untuk menatap kearah lawan bicaranya.
sebenarnya apa yang sedang dia lihat dilantai itu? adakah teks untuk berbicara atau menjawab pertanyaan? membuatku semakin tak mengerti, dan membuat semua ini menjadi terasa terlalu lama. baru kali ini aku menjadi seorang yang terhenti diantara puing waktu, dan tak berdaya dengan butiran jagung yang mengalir dari pori-pori.
beneran ga' masuk dulu... dia kembali mengajukan pertanyaan yang semakin membuat aku terbungkam. masih dengan menutupi wajahnya dalam melihatku.
nggak terimakasih, kaya'nya dah malem aku langsung pamit aja deh. jawabku dengan sedikit tergesa. asalamualaikum, ucapku lalu menghampiri motor yang telah mengantarkan aku sampai ketempat yang tak jelas apa aku mengharapkan kesini?
wa'alaikumsalam wr.wb jawabnya sambil mengantarku dengan pandanganya meski ketika ku berbalik melihatnya dia masih tetap menyimpan pandangannya.
jalanan pulang terasa segar...
ku seperti baru saja berada dalam ruang tanpa udara, begitu menyiksaku. detak jantungku memburu cepat, apa gerangan kah ini?
terus? tanyaku tetap dengan nada yang ku pertahankan se-irit mungkin.
oia kak andy punya buku ilmu ekonomi y...?
kurang tau, memang kenapa? sambil kuputar setengah badanku untuk melihat kearahnya.
kak andy kan dulunya anak IPS, mungkin dia punya buku itu? dengan mengembangkan senyuman di balik wajahnya yang sedikit tertunduk. kemudian berlalu meninggalkan beberapa pertanyaan yang menggantuk difikiranku.
aku masih duduk dan berfikir tak menentu setelah semua yang dia lakukan dan hanya meninggalkan ku seperti ini terlihat tidak mengerti. dan tanpa mengucapkan perpisahan? orang yang misterius..... baru saja aku akan kembali keposisiku menghabiskan makanan yang tersisa, suaranya kembali terdengar..... aku permisi dulu, terimakasih.
***
kacau....
setelah percakapan di kantin tadi waktu selama berada di kelas kehidupanku semakin aneh..., aku harus terlihat sebagai seorang pemikir namun kosong. tak seperti biasanya yang selalu membuat suasana kelas meriah tapi kali ini aku hanya bisa menjadi seorang autis, dengan fikiran yang mengudara dirongga tengkorakku.hingga berakhir jam sekolahpun aku masih saja terlihat tak berdaya dengan fikiran sembilan pagi di arena kantin. begitu kuat radiasi ketidak mengertian yang dia tinggalkan tidak hanya menempel dalam ingatan, tapi juga membekas dalam pertanyaan, kenapa dia bisa melakukan semua hal nonsen ini padaku?
pandanganku tak jelas kemana bermuara dan tak satupun juga memori pagi tadi mampu aku rangkai dengan jelas, karena perjalanan pulang ini terasa begitu lama tak seperti biasanya. biasanya aku selalu mampir di tongkrongan PS biasaku bermain atau sekedar meluangkan waktu beberapa menit ke taman bacaan, namun semuanya hari ini ku lewati karena ku ingin cepat sampai di kosan.
selepas maghrib di teras depan kamar kosku....
dengan memandang kearah indahnya puncak merapi yang di terangi dengan sedikit lahar yang mengalir perlahan dengan disuguhi rintik hujan yang perlahan mereda. aku masih asyik diatas genting biasaku berfantasi. sepertinya keadaan pagi tadi masih saja mempengaruhi beberapa kinerja otakku.
woi ngapain disitu terus..., masih penasaran? apa memang udah keganggu idealis lo? tanya kakakku yang baru saja pulang dari kota. sambil berlalu masuk kedalam kamar kosan meletakkan bawaan yang dia.
aku membalikan badanku menghadap kearahnya, tapi masih di posisiku sebelumnya, baru balik bro..., kok sampe malem? tanyaku.
tadi ada jam kuliah tambahan, masih kepikiran tah sama dia? udah kalo penasaran nih gua pinjemin buku ilmu ekonomi gua, dah kasiin ke dia. seraya meletakkan buku yang di ambilnya dari tumpukkan buku di atas meja.
karena aku ingin memastikan benarkah aku sudah mulai terinfeksi virus merah pink. maka aku ambil inisiatif selepas isya' nanti aku akan pergi ke asrama. namun karena terlalu lama memikirkan dan harus menuggu lama akhirnya aku berangkat pada waktu itu juga.
dalam perjalanan menuju ketempat masih saja arwahku belum menyatu dengan fikiranku, sebenarnya buat apa aku kesana? buat apa aku harus mengayuhkan kendaraan ini, apa karena aku ingin memastikan? atau aku memang sudah terpengaruh oleh virus merah pink itu? tak tergapai.......
tanpa kusadari aku sudah berada di halaman depan asrama, ku matikan mesin motor dan ku turunkan penyangga dari bagianya. lalu aku masih terdiam diatas motor pinjaman ini, ga' tau kenapa aku ada disini dan apa yang akan aku lakukan selanjutnya? hehehe....... dasar tak sadar.
sekarang aku sudah berada didepan pintu asrama kini dengan sadarnya ku pencet bell, selang beberapa menit wajah setengah garang dengan kumis separuh tebal menghias di antara hidung dan bibirnya. hahaha....... dia bapak asrama dan juga wali kelasku. wew..., kenapa bapak ini yang jaga asrama?
oh.... kamu, ada perlu apa? tanyanya sedikit ganas.... dengan intonasi yang dibatasi. sambil memandangku dari ubun-ubun hingga kearah lantai.
ia pak, mau ketemu keirina pak. jawabku dengan wajah yang ku buat semanis mungkin dengan harapan bapak wali kelas sekaligus asrama ini mengijinkan aku bertamu.
bentar...., inget klo dah ketemu jangan malem-malem disininya (garis besarnya adalah mengusir kehadiranku secepatnya). kemudian berlalu masuk kedalam ruangan dan memanggil nama yang aku maksud.
lima belas menit berlalu dengan kondisi badan yang semakin tak menentu. aku harus berada diluar karena aku tidak biasa dengan keadaan ini. sosok yang aku tunggu akhirnya nampak, meski aku tak melihat wujudnya karena aku membelakangi pintu asrama saat menunggu hadirnya.
oh ilmi... kirain siapa? kenapa malem-malem dateng kesini, kok diluar aja? tanyanya memberondong.
ia.., apa nggak boleh. jawabku datar... aku cuma mau ksaih ini, sambil kusodorkan buku yang dititipkan kakakku.
eh, enggak apa kok, cuma kok malem... masuk dulu yu... dengan wajahnya yang tak pernah memandang kearahku, dia terlalu sulit untuk menatap kearah lawan bicaranya.
sebenarnya apa yang sedang dia lihat dilantai itu? adakah teks untuk berbicara atau menjawab pertanyaan? membuatku semakin tak mengerti, dan membuat semua ini menjadi terasa terlalu lama. baru kali ini aku menjadi seorang yang terhenti diantara puing waktu, dan tak berdaya dengan butiran jagung yang mengalir dari pori-pori.
mengapa seperti ini
menentang ombak dalam derasnya badai aku sanggup
menghadang bebatuan di kerasnya terjal pegunungan aku mampu
menuruni perbukitan curam berliku dan menyulitkan aku bisa
namun memandangmu dalam teduh wajahmu
aku tersika
nggak terimakasih, kaya'nya dah malem aku langsung pamit aja deh. jawabku dengan sedikit tergesa. asalamualaikum, ucapku lalu menghampiri motor yang telah mengantarkan aku sampai ketempat yang tak jelas apa aku mengharapkan kesini?
wa'alaikumsalam wr.wb jawabnya sambil mengantarku dengan pandanganya meski ketika ku berbalik melihatnya dia masih tetap menyimpan pandangannya.
jalanan pulang terasa segar...
ku seperti baru saja berada dalam ruang tanpa udara, begitu menyiksaku. detak jantungku memburu cepat, apa gerangan kah ini?
***
tahun 2000
singkat cerita satu tahun sudah kulewati dekat denganya, dimana semua dia ajarkan padaku dia tunjukkan padaku bahwa semua orang itu menunggu perubahan dalam sosoknya. namun semua itu sudah harus diakhiri tanpa firasat yang jelas tanpa sesuatu yang pasti karena aku masih menunggu....
didepan gerbang sekolah,
hari itu hari dimana aku tak mengerti akan adanya rentang waktu hingga sepuluh tahun kini, aku akan terus menjaga kengan yang Kau tunda....
setelah percakapan didepan gerbang sekolah itu, yang mengisyaratkan perpisahan yang tak ku mengerti karena aku harus kembali ke kampung halamanku atas permintaan orangtuaku. hingga kini dan kurun waktu pencarianku terhadap wujudnya tak juga bertemu.
Engkau yang mempertemukan aku
dengan sesuatu yang tak pernah aku harapkan sebelumnya
Kau sadarkan aku dengan perantara dirinya
Kau dekatkan aku dengan cintamu melalui lembut tutur katanya
Kau benamkan aku dalam sujud sembahku melalui fikirnya
tapi kini kau bentangkan waktu antara aku dan dia
Aku percaya dia adalah jalanMu untukku
meski dia seperti kaktus yang berduri
walau dia seperti ulat yang menggelikan, namun
dia adalah keindahan yang Kau tunjukkan
meski kini entah dimana dia berada
Dimana bidadari syurga itu
dalam ingatan akhir desember
Jogjakarta tercinta, 2000