Lelah alangkah dari pagi hingga siang bekerja di depan laptop dengan aktifitas yang menurutku enjoying to work it. tapi masih lanjut ke rutinitas yang melelahkan menghadapi pasien-pasienku di ruang gawat darurat. baru saja aku mau beranjak dari tempatku ngobrol dikasir, ada seorang satpam memanggil namaku dan menghentikan langkahku. aku dipanggil olehnya karena ada direktur rumah sakit yang ingin berbincang denganku.
Lama aku tertegun, apa gerangan yang akan dibicarakan oleh sang atasan. satpam itu lalu menghampiriku dan mengajak aku untuk menemui atasanku yang sedari tadi sedang berbincang di kursi tunggu rumahsakit dengan seorang yang aku tidak kenal siapa mereka.
Setelah sampai dihadapan beliau, sang satpam lalu memberitahukan kepada beliau bahwa akulah orangnya. whats happend, gumamku termangu sambil pasang tampang bodoh. ternyata sang direktur ingin aku membantu keluarganya, membantu meringankan masalah yang sedang dihadapi oleh keluarganya dari dusun.
Ia dok, ada apa? ucapku dengan wajah setengah bertanya what can i do....?
Ini ado keluargo aku lah dirawat di rumahsakit tetanggo, di umum. nah dio ni lah butuh nian darah, ujinyo kau ni darahnyo A cak mano pacak dak kau bantu dio.
Dio ni lah biaso pak, celetuk satpam dan driver rumah sakit.
Tapi agaknyo kurang meyakinke ye...? lirik matanya sambil memandangi tubuhku dari atas kepala hingga ke kaki. kau nilah sering puaso kan? lah badan pulo kecik cak ni... agek malah kehabisan darah kau.
Insyaallah, pak saya bisa. saya juga sering mendonorkan darah sesuai dengan apa yang di utarakan pak udin dan pak mega.
Ini ado keluargo aku lah dirawat di rumahsakit tetanggo, di umum. nah dio ni lah butuh nian darah, ujinyo kau ni darahnyo A cak mano pacak dak kau bantu dio.
Dio ni lah biaso pak, celetuk satpam dan driver rumah sakit.
Tapi agaknyo kurang meyakinke ye...? lirik matanya sambil memandangi tubuhku dari atas kepala hingga ke kaki. kau nilah sering puaso kan? lah badan pulo kecik cak ni... agek malah kehabisan darah kau.
Insyaallah, pak saya bisa. saya juga sering mendonorkan darah sesuai dengan apa yang di utarakan pak udin dan pak mega.
Lah kalo memang pacak, lajulah. nah agek kau melok bapak ini ye... tunjuk atasanku mengarahkan keluarganya yang diutus mencari pendonor. tak lama dari itu aku hanya menganggukan kepala tanda menyanggupi.
Keluarganya atasanku tadi seperti menaruh harap kepadaku, dengan wajah murni dari dusun (lugu). aku pun hanya tersenyum dengan memberikan tanda anggukan.
Aku pun kembali keruang gawat darurat mengerjakan kerjaan biasa dan harus aku jalani. bertemu, memeriksa dan memberikan pertolongan kepada pasien-pasienku.
Aku pun kembali keruang gawat darurat mengerjakan kerjaan biasa dan harus aku jalani. bertemu, memeriksa dan memberikan pertolongan kepada pasien-pasienku.
Waktu yang dijanjikan pun tiba dengan telphon memanggilku dari ruang laboratorium, pertanda darah sample yang dibawa dari rumah sakit lain. aku lalu meninggalkan dengan ruanganku kemudian berlari menuju laboratorium.
Keluarganya lalu menyodorkan darah yang ia bawa, kemudian aku sapaikan kepada petugas labor. kusamp[aikan maksud dan tujuanya. lalu petugas labor memeriksa sample dari darahku. menunggu waktu pengecekan aku lalu menuju ruanganku lagi.
Lima belas menit kemudian, aku di hubungi lagi oleh laboratorium. pas dengan seiringnya pasienku yang mulai menyepi. aku pun ke laboratorium lagi untuk melakukan eksekusi pengambilan donor. sekantong sudah darah ini terambil. aku baru ingat jika aku belum mengisi satupun biji makanan dalam perutku. god i hope i'll be fine. alhamdulillah..., aku tidak sempoyongan.
Aku keluar ruang labor, keluarga pasien sudah menanti dan bertanya. sudah pak? aku jawab ia, sambil melempar senyuman dan berlalu meninggalkan mereka. bukan berarti aku sombong tak mau menghampiri mereka atau sedikit berbincang kepada mereka.
Aku hanya mengejar waktu ibadahku yang sudah aku tinggalkan hampir satu jam, karena bekerja di ruanganku dan berada diruangan labor. lama juga rupanya meninggalkan ibadah sore ini, sekarang lah sudah jam lima sore. satu jam lagi di tempatku sudah masuk waktu maghrib.
Setelah kembalinya aku dari tempat ibadah, aku lalu kembali keruangan namun belum saja aku bisa bersantai teman diruangan memberitahukan aku bahwa, aku harus menghadap ke atasan kali ini bukan direktur yang memanggil melainkan wakil direktur, apa lagi ini... fikirku.
Aku mendatangi ruangan direktur dilantai atas, sebelum keruangan direktur aku sempat dihadang pertanyaan oleh salah seorang teman yang sedang berada diruang rekam medis. pak data yang ni lah kau masuke galo tadi kan, lah aku dak cak ngurutke mun cak ni....
Sudah ku jelaskan semua pertanyaan yang temanku tanyakan, kemudian aku permisi untuk menemui wadir. karena alasanku tadi, rekanku yang baru saja bertanya kepadaku memohon untuk tidak meninggalkanya, karena ternyata dia juga di suruh menghadap wakil direktur sore itu.
Selang beberapa waktu kami sudah berada diruang wakil direktur, nah ni dio rupanyo wongnyo. lah dari tadi di tunggui, sini kamu ni lah jadi tersangkanyo. gimana tawaran kemarin, kamu menyanggupinya kan? kasian pak direktur butuh rekan dalam menyelesaikan tugas dinasnya.
Wah ternyata aku ditanyai tentang kesanggupanku terhadap tawaran yang dilontarkan beberapa kepala humas dan sekarang langsung wadir yang menanyainya.
Dengan wajah sedikit bingung serta senyum yang kupaksakan tanda aku belum siap menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang menurutku bisa melegakan beberapa pertanyaan tadi. he....he... he... itulah tawa yang pertama kali terlontar saat aku tak siap.
Kok malah ketawo, kata Bu wadir mengembalikan kami kepada topik awal pembicaraan. sambil sibuk mengeprint hasil fax dari jakarta, bu wadir masih saja berbicara panjang lebar tentang kesanggupanku untuk menerima pernyataan dan membantu apa yang sedang dihadapi direktur.
Hampir setengah jam aku berada diruangan itu, rasanya pasienku diruangan sudah numpuk lagi neh.... setelah ada hasil kesepakatan aku dan rekanku memohon meninggalkan ruangan. sambil saling lempar tanggung jawab, siapa yang harus membantu menyelesaikan tugas direktur kami berpisah keruang masing-masing.
Sekitar dua meter aku berjalan didepan pintu ruang ugd, ternyata ada rekanku yang berteriak. kak, kakak dapet kiriman. cepetan kesini, nih ada yang nganterin kiriman buat kakak.
Dengan wajah yang semakin tidak mengerti, apa lagi ini....? aku nggak pernah mesan apapun keseseorang, atau aku tidak pernah dikabari seseorang dari negeri asalku nun jauh disana untuk menerima kiriman sesuatu. lama ku berfikir akhirnya aku beranikan diri untuk melihat bungkusan warna hitam yang terdapat dua bungkus plastik hitam besar, didepanya tertulis " to : aku dari, Tn : Topmi".
Setelah aku raba dengan lenganku, ternyata isi dari bungkusan itu adalah makanan yang amat banyak. salah satunya ada susu kesukaanku, karena pasienku masih banyak bingkisan itu sedikit ku abaikan. hingga aku sadar kembali jika aku belum memberi nutrisi buat perut dan peliharaan didalamnya.
Syukur yang tak terkira untuk bingkisan ini, ternyata bingkisan itu dari keluarga yang tadi sempat aku mendonorkan darah untuknya, thanks god, i can't deskrip some how this make happend. amaging... evrything that i whispered in heart can real on the reality. I just can smile...., big smile to day.
Ya, ampun gumamku kepada rekan-rekan di ruangan. repot-repot keluarga ini, padahal yang aku lakukan cuma sedikit. semua tadi dengan penuh rasa ikhlas, tapi mereka menghargainya dengan begitu antusias.., makasih buat pemberianya pak ucapku lirih. kuterima pemberian ini, semoga apa yang telah kalian berikan bisa jadi amal dan membantu dimudahkanya keluarga kalian dalam masa penyembuhan.
Dengan rasa takjub dan sedikit haru, lalu ku buka bingkisan itu dan membagikanya kepada teman-teman diruangan untuk segera menyelesaikanya hingga tetes terakhir.
Alhamdulillah... susu dan beberapa potong roti ini sudah mengembalikan dehidrasiku seharian bekerja.
Keluarganya lalu menyodorkan darah yang ia bawa, kemudian aku sapaikan kepada petugas labor. kusamp[aikan maksud dan tujuanya. lalu petugas labor memeriksa sample dari darahku. menunggu waktu pengecekan aku lalu menuju ruanganku lagi.
Lima belas menit kemudian, aku di hubungi lagi oleh laboratorium. pas dengan seiringnya pasienku yang mulai menyepi. aku pun ke laboratorium lagi untuk melakukan eksekusi pengambilan donor. sekantong sudah darah ini terambil. aku baru ingat jika aku belum mengisi satupun biji makanan dalam perutku. god i hope i'll be fine. alhamdulillah..., aku tidak sempoyongan.
Aku keluar ruang labor, keluarga pasien sudah menanti dan bertanya. sudah pak? aku jawab ia, sambil melempar senyuman dan berlalu meninggalkan mereka. bukan berarti aku sombong tak mau menghampiri mereka atau sedikit berbincang kepada mereka.
Aku hanya mengejar waktu ibadahku yang sudah aku tinggalkan hampir satu jam, karena bekerja di ruanganku dan berada diruangan labor. lama juga rupanya meninggalkan ibadah sore ini, sekarang lah sudah jam lima sore. satu jam lagi di tempatku sudah masuk waktu maghrib.
Setelah kembalinya aku dari tempat ibadah, aku lalu kembali keruangan namun belum saja aku bisa bersantai teman diruangan memberitahukan aku bahwa, aku harus menghadap ke atasan kali ini bukan direktur yang memanggil melainkan wakil direktur, apa lagi ini... fikirku.
Aku mendatangi ruangan direktur dilantai atas, sebelum keruangan direktur aku sempat dihadang pertanyaan oleh salah seorang teman yang sedang berada diruang rekam medis. pak data yang ni lah kau masuke galo tadi kan, lah aku dak cak ngurutke mun cak ni....
Sudah ku jelaskan semua pertanyaan yang temanku tanyakan, kemudian aku permisi untuk menemui wadir. karena alasanku tadi, rekanku yang baru saja bertanya kepadaku memohon untuk tidak meninggalkanya, karena ternyata dia juga di suruh menghadap wakil direktur sore itu.
Selang beberapa waktu kami sudah berada diruang wakil direktur, nah ni dio rupanyo wongnyo. lah dari tadi di tunggui, sini kamu ni lah jadi tersangkanyo. gimana tawaran kemarin, kamu menyanggupinya kan? kasian pak direktur butuh rekan dalam menyelesaikan tugas dinasnya.
Wah ternyata aku ditanyai tentang kesanggupanku terhadap tawaran yang dilontarkan beberapa kepala humas dan sekarang langsung wadir yang menanyainya.
Dengan wajah sedikit bingung serta senyum yang kupaksakan tanda aku belum siap menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang menurutku bisa melegakan beberapa pertanyaan tadi. he....he... he... itulah tawa yang pertama kali terlontar saat aku tak siap.
Kok malah ketawo, kata Bu wadir mengembalikan kami kepada topik awal pembicaraan. sambil sibuk mengeprint hasil fax dari jakarta, bu wadir masih saja berbicara panjang lebar tentang kesanggupanku untuk menerima pernyataan dan membantu apa yang sedang dihadapi direktur.
Hampir setengah jam aku berada diruangan itu, rasanya pasienku diruangan sudah numpuk lagi neh.... setelah ada hasil kesepakatan aku dan rekanku memohon meninggalkan ruangan. sambil saling lempar tanggung jawab, siapa yang harus membantu menyelesaikan tugas direktur kami berpisah keruang masing-masing.
Sekitar dua meter aku berjalan didepan pintu ruang ugd, ternyata ada rekanku yang berteriak. kak, kakak dapet kiriman. cepetan kesini, nih ada yang nganterin kiriman buat kakak.
Dengan wajah yang semakin tidak mengerti, apa lagi ini....? aku nggak pernah mesan apapun keseseorang, atau aku tidak pernah dikabari seseorang dari negeri asalku nun jauh disana untuk menerima kiriman sesuatu. lama ku berfikir akhirnya aku beranikan diri untuk melihat bungkusan warna hitam yang terdapat dua bungkus plastik hitam besar, didepanya tertulis " to : aku dari, Tn : Topmi".
Setelah aku raba dengan lenganku, ternyata isi dari bungkusan itu adalah makanan yang amat banyak. salah satunya ada susu kesukaanku, karena pasienku masih banyak bingkisan itu sedikit ku abaikan. hingga aku sadar kembali jika aku belum memberi nutrisi buat perut dan peliharaan didalamnya.
Syukur yang tak terkira untuk bingkisan ini, ternyata bingkisan itu dari keluarga yang tadi sempat aku mendonorkan darah untuknya, thanks god, i can't deskrip some how this make happend. amaging... evrything that i whispered in heart can real on the reality. I just can smile...., big smile to day.
Ya, ampun gumamku kepada rekan-rekan di ruangan. repot-repot keluarga ini, padahal yang aku lakukan cuma sedikit. semua tadi dengan penuh rasa ikhlas, tapi mereka menghargainya dengan begitu antusias.., makasih buat pemberianya pak ucapku lirih. kuterima pemberian ini, semoga apa yang telah kalian berikan bisa jadi amal dan membantu dimudahkanya keluarga kalian dalam masa penyembuhan.
Dengan rasa takjub dan sedikit haru, lalu ku buka bingkisan itu dan membagikanya kepada teman-teman diruangan untuk segera menyelesaikanya hingga tetes terakhir.
Alhamdulillah... susu dan beberapa potong roti ini sudah mengembalikan dehidrasiku seharian bekerja.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home