Mesin Waktu
Banyak
hal didunia ini yang kadang berakhir tidak sesuai denga apa yang di harapkan, dari kesemua itu mungkin banyak
memunculkan angan-angan. Seandainya, bila, mungkinkah, andai saja, jika waktu
itu, dan masih banyak lagi pertanyaan keraguan yang berkecimpung yang layak
untuk dibahas. Itu juga berlaku bagiku, berlaku bagi semua tindak laku dan semua apa yang telah aku
ucapkan.
Seperti
waktu SMP misalnya, ketika ada salah satu siswi yang menyukaiku. Tapi dia malu
untuk mengatakannya karena dia cewek, dan aku mendengar kabar dari temanku.
Hingga aku merasa melakukan kesalahan karena aku menolaknya mentah-mentah,
lantang serta disaksikan teman-teman seluruh kelas 3. Aku lakukan itu semua
tanpa berfikir bahwa aku akan melukai perasaan seseorang, karena pada saat itu
aku sedang menyukai temanku. Bahkan teman sebangku cewek yang telah aku
permalukan didepan kelas.
Atau pada
saat pertama kali aku merasakan perasaan hangat nan indah dan hanya orang jatuh
hati yang bisa tau seperti apa bentuk, warna dan baunya. Waktu itu aku kelas 1
SMP, belum wajar bila anak seusia itu merasakan cinta lawan jenis. Tapi itulah
takdir, aku meyukai teman sekelasku yang selalu mencubitku bila dia senang,
sedih, atau dalam keadaan normal. Setiap hari selalu aku tunggu, untuk sekedar
membuatnya jengkel, atau kadang-kadang mencoba menjadi seseorang yang berada
disisinya saat dia butuhkan. Dia adalah cewek pertama yang tanpa kusadari aku
menyukainya, dan bodohnya perasaan itu berasa pas aku jauh darinya.
Memang
benar kata paranormal dan orang pintar terdahulu sebelum nenek + kakekku lhir. kita
tidak akan merasa memiliki sesuatu dan kita anggap itu berharga, kecuali
setelah kita kehilanganya dan tak akan mungkin bisa mengembalikan masa itu.
Senyum manjanya, teriakan geregetannya, sampai wajah kucel saat dia marah. Semua
itu terasa indah saat aku kini telah jauh dari dia.
Vera, ya,
Vera Trisa Agustina. Sebuah nama yang mungkin akan selalu menjadi bait terindah
dalam kenagan yang akan menjadi
Serakan tak bernyawa,
perlahan memudar
Sayatan tak terkoyak
sedikit membisu
Gerangan apa yang
mengerti, gerangan apa?
Lirih senyum
menyempil dalam tanya
Masihkah ada sesosok
diam di ujung sana?
Time tunnel apakah sebenarnya dimensimu?
Ada teori
lain yang dinamakan dengan Folding Time
and Space. Teori ini menyatakan bahwa waktu dan ruang itu bias
dilipat-lipat seperti akordeon. Layaknya halaman yang tertera pada lembar-lembar
atau sub kertas bagian dari isi buku.
Labels: Jogja Disini Masih Ada Cinta
0 Comments:
Post a Comment
<< Home