menjejaki apa yang belum terjejaki... dentuman asa seakan berarak pergi....
kemanakah kalian hendak berlalu ? tanyaku.
menghampiri hati yang siap menerima detak guncangan motivasi. jawab mereka
tapi disini aku masih membutuhkan kalian, pintaku.
lupakanlah dirimu terlalu lemah, jangan biarkan kami terbawa. ucap mereka.
baiklah aku pun bisa beriring dengan kepergian kalian menjadi diriku.
sombongnya engkau, ucap asa dengan seringai melecehkannya.
aku tidak sombong tetapi aku meyakinkan langkahku bahwa aku bisa sepeninggal kalian.
kami lebih tau dari pada dirimu, jika tak ada kami dirimu mungkin telah terkulai menjadi bangkai.
dan asa pun meniggalkanku dalam ketidak mengertian tanpa senyum keramahan seperti hari-hari pertama mereka menemuiku dalam belaian sampah yang terlihat semakin usang bersama dengan gilasan sang zaman.
fifteen minutes later....,
sekuel didalam origami alam membuat pandangan entah akan aku ubah menjadi apa? aku tak mengerti dan tak pernah mengerti, badan ini semakin lunglai... tak ada daya dan kuasa sedikitpun untuk bergerak. apakah ini semua sesuai dengan apa yang telah mereka cacikan kepadaku, bahwa aku adalah jiwa yang tidak memiliki kekuatan untuk memulai semuanya dan akan dijadikan seperti apa diri ini?
tersungkurlah akhirnya aku dalam kelemahan, ketidak berdayaan dan kebodohan yang mendarah daging, masih kah akan tetap seperti ini? tanyaku kepada langkah kaki. mereka menjawab tak semudah yang kau bayangkan...
lalu aku harus bagaimana, apakah aku harus beranjak berdiri dan menyeret langkahmu agar perjalanan kita dapat kita lanjutkan? sedangkan itu semua kalian yang bisa lakukan.
kaki secara perlahan bergeser dari posisinya, benar kata mereka yang sudah lebih dulu meninggalkanmu. dirimu tak lebih dari seonggok daging yang tak mengerti akan kemana akhir perjalanan ini bermuara. come on growth and look a round...? tidak hanya dirimu sendiri yang tersungkur disini.
aku ingin tapi aku tidak mengetahui caranya? jangan sudutkan aku dalam perihal yang pelik, dan kumohon pada kalian semua organku jangan berlalu dariku.
kepalan tangan bermetafora menjelma menjadi sesuatu yang tidak aku inginkan. seraya dengan jengkelnya berkata, seandainya dulu bukan dirimulah tuanku maka aku tidak akan tertindas seperti ini, dalam artian malu terhadap jutaan tangan yang telah Tuhan ciptakan untuk membantu perjalanan ini, dan aku tak habis fikir mengapa aku harus menjadi bagian dari perjalanan ini bersamamu.
aku semakin tak karuan, karena menyadari banyaknya keluhan dari anggotaku. baiklah rekan-rekan semua satuhal yang ingin aku sampaikan kepada kalian, aku butuh bantuan dari kalian, bukan cacian...... salahkah aku jika dulu aku di persatukan dengan kalian dalam perjalananku?, ataukah aku pernah meminta betapa harusnya kalian yang menjadi anggotaku dan kita berjalan beriringan? salah jugakah setelah selama ini kalian baru mengetahui bahwa aku tidak sesuai dengan mereka yang kalian harapkan? please i need you all for rise me up.
hidung secara bijaksana menjelaskan duduk perkara yang harus dipecahkan dengan mengajak, telinga lidah mata dan fikiran bertautan. mengapa tidak pernah kita selesaikan ini secara bersama dan perlahan, kita mengerti semua ingin menjadi yang terbaik dan mendapatkan yang terbaik di akhir perjalanan ini? bukan hanya dia yang ingin dinilai baik dalam perjalanan... apakah kalian semua tidak menyadarinya jika kita semua dituntut untuk tidak gagal hingga akhir perjalanan ?
baiklah semua secara serempak dan dalam ruyung-ruyung kelemahan mari kita perlahan menjejaki apa yang belum terjejaki, dan mulai merangkak perlahan dari jalanan yang setapak ini. menjadi bentangan jalanan yang lebar dan mudah untuk dilalui, hingga the final trip coming.
seperti tanah
tempaan alamlah yang membuatnya berguna
berguna menjadi apa yang diinginkan alam
menjadi seonggok yang usang namun indah
disaat mentari menyengatnya
tanah akan melebihi kekuatan baja pelapis tank
disaat ban dari kendaraan besar menginjaknya, tanah tidak pernah
tidak pernah berpindah dari posisinya
ketika hujan dengan pasukannya mengepungya
tanah akan menjadi sangat lemah dan tak berdaya
namun tanah tetaplah sebuah tanah
yang ketika lemahpun mampu berguna bagi membantu
tercapainya keseimbangan ekosistem dalam alam raya
membantu keringat petani
menjadi sebuah butir berharga yang menjadi
energi bagi setiap manusia di muka bumi.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home