terfikir lima hari yang lalu sebelum Ramadhan, ingin rasanya aku berdiam diri di depan layar. memperhatikan nuts huruf pada keyboard dan menekan sesuka imajinasiku berkelana, rasanya seperti masih ada sesuatu yang mengusik hati.
lama rasanya ingin aku ungkapkan langsung pada yang bersangkutan, namun malu dan rasa takut akan menyakiti perasaanyalah yang membuatku urungkan niat ini. meski sebenarnya ingin sekali kurengkuh tangan dan dekapanya demi melunturkan dosa yang aku bawa sebelum Ramadhan.
kemudian aku menemui dirinya inspirasi.
lama aku tertekun di depan layar laptopku yang sudah menunggu dari tadi untuk ditekan beberapa nuts keyboardnya. mungkin ia bosan karena sedari tadi aku hanya banyak diam tanpa sedikitpun menyentuhnya.
masih ku berputar-putar keluar masuk google dan kembali lagi ke situs lain namun akhirnya aku masuk ke dalam blog atau diary elektronikku, sengaja ku buka dan lalu ku mulai untuk melampiaskan apa yang ada di dalam benakku. namun baru saja aku membuat beberapa ungkapan di dalamnya ku terhenti.
terhenti pada ruang yang menghentikan emosi menulisku.
ku sudah lelah mengetik kata yang menjadi sebaris kalimat, aku buntu... buntu karena malu dan ku sudahi tulisanku dengan menutup blogku serta mematikan laptop tercintaku sembari menghampiri dipan, mendekap mimpi.
dua hari kemudian, aku terhenti dan menghela nafas. sambil berlari mencari beberapa refrensi imajinasi dan yang jelas mencari laptopku. laptopku dibawa adikku ke kampus untuk menyelesaikan tugas akhirnya. terpaksa aku urungkan emosi mengetikku yang menggebu.
mungkin malam nanti.....
akhirnya esok harinya baru aku bisa menulis lagi setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, dan itu sudah hari ke 4 dibulan Ramadhan, aku begitu dekat dengan mereka. mereka berada dihadapanku, sedang asyik mengotak-atik game yang ada di note book kepunyaan Babe-ku. mereka begitu akrab, yah mereka memang begitu sedari dulu meski selalu bertengkar bila ada waktu.
terbersitlah beberapa tulisan yang meluncur dari jendela fikirku, yang ku namai dengan
lama rasanya ingin aku ungkapkan langsung pada yang bersangkutan, namun malu dan rasa takut akan menyakiti perasaanyalah yang membuatku urungkan niat ini. meski sebenarnya ingin sekali kurengkuh tangan dan dekapanya demi melunturkan dosa yang aku bawa sebelum Ramadhan.
kemudian aku menemui dirinya inspirasi.
lama aku tertekun di depan layar laptopku yang sudah menunggu dari tadi untuk ditekan beberapa nuts keyboardnya. mungkin ia bosan karena sedari tadi aku hanya banyak diam tanpa sedikitpun menyentuhnya.
masih ku berputar-putar keluar masuk google dan kembali lagi ke situs lain namun akhirnya aku masuk ke dalam blog atau diary elektronikku, sengaja ku buka dan lalu ku mulai untuk melampiaskan apa yang ada di dalam benakku. namun baru saja aku membuat beberapa ungkapan di dalamnya ku terhenti.
terhenti pada ruang yang menghentikan emosi menulisku.
ku sudah lelah mengetik kata yang menjadi sebaris kalimat, aku buntu... buntu karena malu dan ku sudahi tulisanku dengan menutup blogku serta mematikan laptop tercintaku sembari menghampiri dipan, mendekap mimpi.
dua hari kemudian, aku terhenti dan menghela nafas. sambil berlari mencari beberapa refrensi imajinasi dan yang jelas mencari laptopku. laptopku dibawa adikku ke kampus untuk menyelesaikan tugas akhirnya. terpaksa aku urungkan emosi mengetikku yang menggebu.
mungkin malam nanti.....
akhirnya esok harinya baru aku bisa menulis lagi setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah, dan itu sudah hari ke 4 dibulan Ramadhan, aku begitu dekat dengan mereka. mereka berada dihadapanku, sedang asyik mengotak-atik game yang ada di note book kepunyaan Babe-ku. mereka begitu akrab, yah mereka memang begitu sedari dulu meski selalu bertengkar bila ada waktu.
terbersitlah beberapa tulisan yang meluncur dari jendela fikirku, yang ku namai dengan
Surat Untuk Ibu
Bu terimakasih karena tak hentinya dirimu menyanyangiku dan ingin membuatku selalu bahagia. meski dirimu selalu bersedih dalam tangis disetiap sujudmu. dirimu rela berada dirumah dan meninggalkan tugasmu di kantor demi mengurus kami anak-anakmu.
dirimu selalu setia menunggu ayah sekembalinya dari bekerja, meski sebenarnya nampak guratan letih diwajahmu. dirimu tak egois dengan meninggalkan pekerjaanmu di luar demi melihat perkembangan anak-anakmu. dirimu selalu sabar ketika anak-anakmu berkelahi karena hal kecil.
ibu namun kini aku telah melakukan kesalahan, sesuatu yang tak dirimu inginkan, tapi aku telah melakukanya dan aku harus mempertanggung jawabkan akan dosa yang telah aku perbuat, maafkan anakmu ibu. karena sudah melukai hatimu yang terdalam, karena ini adalah kelemahan anakmu sebagai seorang putra. yang telah terlanjur melakukan kehilafan.

dirimu selalu setia menunggu ayah sekembalinya dari bekerja, meski sebenarnya nampak guratan letih diwajahmu. dirimu tak egois dengan meninggalkan pekerjaanmu di luar demi melihat perkembangan anak-anakmu. dirimu selalu sabar ketika anak-anakmu berkelahi karena hal kecil.
ibu namun kini aku telah melakukan kesalahan, sesuatu yang tak dirimu inginkan, tapi aku telah melakukanya dan aku harus mempertanggung jawabkan akan dosa yang telah aku perbuat, maafkan anakmu ibu. karena sudah melukai hatimu yang terdalam, karena ini adalah kelemahan anakmu sebagai seorang putra. yang telah terlanjur melakukan kehilafan.
Ya Rabb.....,
lelah hati ini selalu menyakiti hati mereka
terutama Ibu.
Ya rabb, bila Engkau ijinkan
selesaikanlah apa yang telah Engkau takdirkan padaku
agar tak lagi tinggi nada suaraku dihadapnya
agar tak lagi tinggi temperatur emosiku kepadanya
disaat aku sedang di nasehatinya atau berbicara pada mereka
terutama Ibu.
Ibu, semoga sampai ini berakhir...
dan tak akan aku ulangi lagi, menyakiti hatimu
untuk kesekian kali, dengan khilafku
Ibu seandainya dirimu tau dari lebih tau....
aku lelah menjadi anak durhaka yang bergelimang dosa
aku rindu aku kecil dulu yang selalu mendengar ucapanmu
melakukan apa yang dirimu ajarkan, dan
menentramkan apa yang dirimu minta
mungkin karena ku sudah dewasa.... egoku
sering meradang dan merasa aku bisa
namun jauh di palung jiwa yang terendah....
aku tetap aku si kecil yang dulu, yang butuh Kau rengkuh
butuh ketenangan dalam dekap kasihmu.
lelah hati ini selalu menyakiti hati mereka
terutama Ibu.
Ya rabb, bila Engkau ijinkan
selesaikanlah apa yang telah Engkau takdirkan padaku
agar tak lagi tinggi nada suaraku dihadapnya
agar tak lagi tinggi temperatur emosiku kepadanya
disaat aku sedang di nasehatinya atau berbicara pada mereka
terutama Ibu.
Ibu, semoga sampai ini berakhir...
dan tak akan aku ulangi lagi, menyakiti hatimu
untuk kesekian kali, dengan khilafku
Ibu seandainya dirimu tau dari lebih tau....
aku lelah menjadi anak durhaka yang bergelimang dosa
aku rindu aku kecil dulu yang selalu mendengar ucapanmu
melakukan apa yang dirimu ajarkan, dan
menentramkan apa yang dirimu minta
mungkin karena ku sudah dewasa.... egoku
sering meradang dan merasa aku bisa
namun jauh di palung jiwa yang terendah....
aku tetap aku si kecil yang dulu, yang butuh Kau rengkuh
butuh ketenangan dalam dekap kasihmu.
Ananda yang selalu menyayangi kalian
terutama dirimu......... Ibu
terutama dirimu......... Ibu
0 Comments:
Post a Comment
<< Home